Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa Teken MOU Produsen Australia.
Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa Teken MOU Produsen Australia.
Reporter : N Suhendra
Redaksi Jatim, Sidoarjo – Seiring kemajuan yang dialami oleh Koperasi rumput laut Agar Makmur Sentosa Jabon, Sidoarjo. Hari ini melakukan tanda tangani MoU dengan produsen biomaterial rumput laut ‘ULUU’ asal Australia.
Penandatanganan kemitraan pasokan rumput laut bersama investor asing itu berlangsung di kantor koperasi Agar Makmur Sentosa, Sabtu (25/3).
Ketua Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa, Heri Sudarmono mengatakan penandatanganan ini menunjukkan minat bersama para pihak untuk kemitraan multi-tahun dan menjadi parameter pencapaian target bersama.
“Rumput laut jenis Gracilaria ini kan pembudidaya nya cuman ada tiga daerah di Indonesia. Salah satunya di Jabon ini, sebelumnya mereka juga telah melakukan riset di Vietnam dan berbagai negara, akhirnya pihak ULUU memilih di Jabon,” kata Heri usai melakukan penandatanganan.
Kemitraan itu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang. Memiliki areal budidaya seluas 1.200 ha dengan jumlah 150 petani lebih, koperasi yang dipimpinnya optimis dapat mencapai target produksi yang ditentukan sebanyak 1000 ton rumput laut untuk tahun 2024.
“Ini merupakan peluang bagi kita, dari segi pertumbuhan ekonomi sangat terbantu. Dengan target 1.000 ton rumput laut per tahun nya, insyaallah koperasi dapat mencukupi target itu,” ungkap Heri.
Ia mengatakan dari luas areal lahan budidaya, koperasi dapat menghasilkan 80 sampai 90 ton rumput laut per bulan. Saat ini pihak ULUU juga masih dalam tahap penelitian atau survei sembari menunggu pembangunan pabrik di Kabupaten Pasuruan rampung.
Heri juga menuturkan bahwa Dinas Perikanan dan Kementerian KKP turut andil dalam jalinan kerjasama, melalui bimbingan dan arahan bagaimana menghasilkan rumput laut yang bagus dan berkualitas.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) ULUU Dr. Julia Reisser menegaskan penandatanganan MoU itu menjadi penanda fasilitas ULUU kepada mitranya untuk memfasilitasi aplikasi teknologi seluler yang dapat melakukan pelacakan terhadap rantai pasok rumput laut.
ULUU sendiri ialah start-up Australia yang memproduksi bahan alami yang dikenal sebagai PHA dari rumput laut, air laut, dan proses fermentasi air asin yang unik. Berbahan kompos yang dapat menggantikan plastik sekaligus meningkatkan kesehatan iklim dan lautan.
Julia juga mengaku jalinan kemitraan ini tak hanya untuk mendapatkan rumput laut dengan kualitas terbaik dari Jabon. Pihaknya berencana membangun dan mengoperasikan pabrik komersial sekaligus mendukung program hilirisasi dari pemerintah Indonesia.
“Koperasi ini dapat memproduksi lebih dari 500 ton Gracilaria kering per bulan (6.000 tpa) dan berlokasi strategis 30 km dari kawasan industri Pasuruan, dimana ULUU sedang mempertimbangkan untuk membangun fasilitas komersial pertamanya,” ungkap Julia melalui penerjemah.
Pihaknya saat ini tengah melakukan survei rumput laut selama 12 bulan, dimana sampel kecil Gracilaria akan dikumpulkan setiap bulan dari lokasi yang berbeda yang terletak di area budidaya koperasi.
“Sampel-sampel ini akan dianalisis untuk mendukung kelayakan tekno ekonomi penggunaan Gracilaria untuk memproduksi biomaterial ULUU pada skala komersial,” pungkasnya.(Suh)