Bambang Haryo Soekartono Selaku Ketua MTI Jatim Tinjau Perlintasan KA Tak Berpalang Yang Merenggut Korban Jiwa.
Bambang Haryo Soekartono Selaku Ketua MTI Jatim Tinjau Perlintasan KA Tak Berpalang Yang Merenggut Korban Jiwa.
Reporter : N. Suhendra
Redaksi Jatim, Sidoarjo : Berawal dari kejadian laka yang merenggut nyawa manusia akibat adanya lintasan kereta api tak berpalang pintu, Ketua Harian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono (BHS) meminta kepada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk memperhatikan perlintasan kereta api yang tak berpalang pintu.
Hal itu ia sampaikan usai meninjau salah satu perlintasan sebidang kereta api tak berpalang yang memakan korban jiwa di Desa Tawangsari, Taman pada Senin (13/11).
Sebelumnya Bambang Haryo Soekartono menyampaikan rasa berdukanya atas kejadian kecelakaan yang mengakibatkan salah satu warga meninggal akibat tidak adanya palang pintu.
Menurutnya, merujuk pada data 50 perlintasan sebidang kereta api dari 78 yang ada di Sidoarjo tidak berpalang pintu. Ia meminta segera dilakukan evaluasi oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo agar tidak ada lagi korban jiwa.
“Tugas dari pada Kabupaten Sidoarjo adalah segera menyelesaikan 50 lintas kerata yang tak berpalang pintu ini. Untuk penjagaan palang pintu sendiri hampir semuanya memiliki sukarelawan,” kata Bambang Haryo.
Politisi Partai Gerindra ini juga menyarankan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memiliki early warning sistem untuk antisipasi terjadinya kecelakaan lalulintas di perlintasan kereta yang tak berpalang pintu.
“Saya kira sangat perlu untuk Pemkab Sidoarjo memiliki atau memasang early warning sistem di tiap perlintasan kereta api untuk antisipasi kecelakaan. Selain itu kondisi jalan dekat perlintasan kereta juga perlu diperhatikan agar kendaraan yang melintas tidak macet, atau bahkan jatuh akibat jalan berlubang atau struktur nya yang lebih rendah dari pada perlintasan kereta,” ungkap mantan DPR RI ini.
Ia juga menjelaskan pentingnya early warning sistem ialah untuk memperingatkan pengendara secara jarak jauh jika ada kereta api yang melintas. Menurutnya, jarak antara kereta api dan kendaraan yang melintas minimal sudah diperingatkan sejauh 600 meter lebih.
Founder BHS peduli ini juga mengapresiasi dua wanita paruh baya sebagai relawan perlintasan kereta api tak berpalang di Desa Tawangsari. Ia mengatakan dua wanita ini merupakan pahlawan yang menyelamatkan jutaan nyawa publik.
“Beliau-beliau ini sangat hebat. Pemahaman nya terkait penjagaan perlintasan kereta api yang tak berpalang sangat bagus. Mereka ini pahlawan publik yang harus diapresiasi,” imbuhnya.
Selain memberikan apresiasi, Bambang Haryo juga memberikan paket sembako untuk dua wanita tersebut. Bahkan, ia berjanji akan memberikan seragam dan helm untuk keselamatan mereka.
Sementara itu, Kepala Stasiun Kereta Api Sepanjang Arif Fajar menegaskan Kereta Api Indonesia (KAI) daop 8 khususnya terus memberikan edukasi dan sosialisasi terkait antisipasi kecelakaan di perlintasan kereta terhadap pengendara.
“Kami terus memberikan edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat untuk antisipasi kecelakaan. Tentunya, kami tidak bisa sendiri perlu kesadaran masyarakat juga untuk mentaati rambu-rambu yang ada apalagi di perlintasan yang tidak berpalang pintu,” tandasnya.(suh)