Peringati Hari Pahlawan dengan Napak Tilas Perjuangan Pahlawan di tempat bersejarah oleh Siswa SD Al Muslim Sidoarjo.


Peringati Hari Pahlawan dengan Napak Tilas Perjuangan Pahlawan di tempat bersejarah oleh Siswa SD Al Muslim Sidoarjo.

Reporter : Novem S

Semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung ” dan pekik “merdeka” dimaknai oleh Siswa SD Al Muslim Sidoarjo, dengan menggelar kegiatan hari pahlawan, SD Al Muslim tepatnya hari Rabu (10/11) menampilkan serangkaian kegiatan cinta pahlawan yang dikemas dalam sebuah vidio dan ditayangkan secara virtual kepada murid-murid SD Al Muslim. Acara yang dikemas dalam acara tersebut (hari pahlawan:red) menampilkan sambutan dan motivasi oleh kepala sekolah, kemudian penjelasan secara naratif oleh ketua pelaksana tentang sebab terjadinya pertempuran di Surabaya, dan yang terakhir ngevlog sebagai upaya napak tilas dalam mengenang perjuangan arek-arek Surabaya di monumen tugu pahlawan, hotel Yamato yang sekarang berganti nama menjadi hotel Majapahit dan di sekitar lokasi monumen bambu runcing.

Fatimatuz Zahroh S. Pd, M. Pd selaku kepala sekolah dalam sambutannya menjelaskan “Hari ini tepat 10 November kita peringati sebagai hari pahlawan. Makna Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan misi proklamasi kemerdekaan Indonesia, tentara Britania Raya, dan India Britania. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. Jika dahulu pahlawan identik dengan perjuangan melawan penjajah yang mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Saat ini, makna pahlawan bisa dipahami sebagai sosok yang bisa memberikan ide, karya yang dapat membawa ke perubahan yang lebih baik. Ini adalah bentuk penghargaan kita terhadap jasa para pahlawan yang mempertahankan Bangsa Indonesia  dan karena perjuangannyalah kalian semua  dapat bersekolah”.

“Pahlawan bagi generasi milenial juga dipersepsikan sebagai sebuah aktivitas yang memberi inspirasi dan pengaruh positif bagi masyarakat. Pahlawan bagi milenial adalah suatu tindakan nyata yang memberi manfaat kepada masyarakat. Oleh sebab itu, marilah kita isi dengan kegiatan yang positif sebagai upaya menghargai dan menghormati serta mencintai para pejuang bangsa yang telah mengobarkan semangat kemerdekaan di Negara kita. Selamat hari pahlawan tetap semangat memberikan yang terbaik untuk Indonesia tercinta” begitu lanjutnya.

Selanjutnya dalam serangkaian video acara hari pahlawan tersebut, para siswa dijelaskan mengenai sebab-sebab terjadinya pertempuran di Surabaya oleh ketua pelaksana menjelaskan “pertempuran 10 November 1945 menjadi salah satu pertempuan terbesar dalam sejarah bangsa. Peristiwa itu memperlihatkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekuatan. Pertempuran tersebut dipicu oleh berbagai hal, antara lain; pertama Insiden Hotel Yamato, sebulan setelah memproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia kembali diguncang berbagai insiden. Di Surabaya, Belanda mengibarkan bendera negara mereka di Hotel Yamato. Insiden ini membuat warga setempat marah. Karena pada waktu itu pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya memberikan informasi kepada rakyat mengenai makna kemerdekaan.

Bukan itu saja, pemerintah kala itu juga melakukan sosialisasi setelah menetapkan Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional. Di berbagai daerah, muncul wacana untuk mengibarkan Bendera Merah Putih. Surabaya pun tak ketinggalan. Masyarakat saat itu ramai mengibarkan bendera ke berbagai sudut kota. Namun, Sekutu yang saat itu memenangkan Perang Dunia II ingin mengambil kendali wilayah jajahan dari Belanda. Hal itu membuat tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang untuk melucuti tentara Jepang. Namun saat itu pihak Inggris juga memiliki misi lain yaitu mengembalikan Indonesia ke administrasi Pemerintahan Belanda.

Bahkan, perwakilan Neteherlands Indies Civil Administration (NICA) turut membonceng pihak Inggris. Peristiwa ini akhirnya membuat sekelompok orang Belanda mengibarkam bendera Merah Putih Biru tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia di Surabaya. Bendera tersebut berkibar di tiang paling atas Hotel Yamato pada malam hari. Pagi hari setelah pengibaran tersebut, masyarakat Surabaya yang melihat bendera Belanda sudah berkibar merasa marah dan murka. Mereka menganggap Belanda tidak menghargai usaha dari rakyat Indoensia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya. Pengibaran bendera Belanda ini akhirnya membuat para pemuda bersitegang dengan orang-orang Belanda. Para pemuda yang diwakili oleh Residen Soedirman yang didampingi Sidik dan Hariyono kemudian menemui perwakilan Inggris, Ploegman serta orang-orang Belanda di sana. Pertemuan tersebut bertujuan untuk berunding dan menurunkan bendera yang memicu amarah masyarakat Surabaya. Namun Ploegman menolak usulan tersebut. Dia bahkan juga menolak mengakui kedaulatan Indonesia. Segera setelah pertemuan, Ploegman mengeluarkan pistol yang memicu perkelahian di lobi Hotel Yamato. Di luar gedung hotel, massa yang datang semakin banyak. Mereka mendukung Residen Soedirman membuat inisiatif agar bendera tersebut diturunkan. Residen Soedirman lalu keluar dan mengatakan jika perundingan tidak menemui titik temu. Akhirnya, para pemuda yang masih berada di luar gedung memanjat naik ke atas hotel dan menurunkan bendera Belanda. Setelah itu, mereka merobek bagian biru dari bedera tersebut dan hanya menyisakan dua warna yakni merah dan putih. Bendera yang telah dirobek tersebut kemudian dipasang kembali ke puncak tiang. Segera setelah bendera kembali terpasang, masyarakat memekikkan seruan Merdeka. Peristiwa ini kemudian menjadi awal dari berbagai pertempuran pertama antara pihak Indonesia dengan tentara Inggris. Kedua; Pembunuhan Jenderal Mallaby, tewasnya Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby disebut menjadi faktor utama pertempuran pada 10 November. Peristiwa ini dipicu saat rakyat Surabaya menginginkan Gedung Internatio bebas dari militer Inggris yang berujung pada percekcokan dan pertempuran antara kedua pihak. Meski begitu, hingga saat ini belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan perwira Kerajaan Inggris tersebut. Berbagai sumber yang ada mengemukakan hal berbeda. Ada yang menyebut, Mallaby tewas saat ada aksi tembak-menembak dengan penduduk Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945. Namun ada juga yang menyatakan jika Mallaby tewas terkena granat dari anak buahnya yang berusaha melindungi. Granat tersebut meleset dan malah terkena mobil yang ditumpangi Mallaby, hingga kemudian terbakar. Kejadian itu disebut menjadi penyebab tewasnya Mallaby. Terbunuhnya Mallaby akhirnya membuat Inggris mengultimatum rakyat Surabaya untuk menyerahkan berbagai senjata sebelum pukul 06.00 pada 10 November. Tetapi ultimatum tersebut tak dihiraukan. Rakyat Surabaya saat itu memutuskan untuk tetap melawan hingga terjadilah pertempuran yang dikenal dengan nama Peristiwa 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan”.

Selanjutnya Achmad Muzaqqy, S. Ag, M. Si selaku ketua pelaksana mengharapkan, “Semoga dengan menyelenggarakan kegiatan hari pahlawan ini, kita semua memiliki rasa cinta dan bangga terhadap para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.(vem/qq).

Berita Terkait

Top