BHS Dorong Pengrajin Tempe Supaya Bisa Penuhi Pasar Domestik Lokal


BHS Dorong Pengrajin Tempe Supaya Bisa Penuhi Pasar Domestik Lokal

Reporter : N. Suhendra



Redaksi Jatim, Sidoarjo – Melihat perkembangan para pelaku usaha khususnya UMKM penghasil tempe di Sidoarjo dimana masih keluhkan tinggi nya harga kedelai. Mereka berharap pemerintah dapat menekan dengan subsidi harga untuk para pengerajin yang minim modal.

Hal itu disampaikan UMKM pengrajin tempe di Desa Sadengan mijen, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo dalam kunjungan politisi Gerindra Bambang Haryo Soekartono, Rabu (21/6).

Yanti misalnya, pengrajin tempe yang sudah 30 tahun menggeluti usaha rumahannya itu berharap harga kedelai dapat ditekan agar usahanya tetap berjalan.

“Saat ini harga kedelai mencapai Rp10 ribu perkilo. Setiap hari kebutuhan kedelai untuk tempe di tempat saya sekitar tiga kuintal,” kata Yanti.

Dari tiga kuintal kedelai untuk membuat tempe, diakui keuntungan kotor belum dipotong produksi sekitar Rp 900 ribu perharinya.



Bambang Haryo Soekartono, yang mendapat masukan dan aspirasi yang disampaikan pengrajin tempe menegaskan bahwa saat ini komoditas tempe dibutuhkan oleh masyarakat, dan sudah seharusnya harga kedelai bisa lebih murah dibandingkan saat ini yang masih diangka Rp 10 ribu perkilogramnya.

“Saya melihat dan mendengar kesulitan dari pengrajin tempe ini. Harga kedelai impor seharusnya bisa ditekan lagi. Perlu adanya kepedulian pemerintah terhadap UMKM seperti pengrajin tempe ini,” kata Bambang Haryo.

Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini melihat bahwa produksi tempe Sidoarjo diminati masyarakat. Seperti tempe produksi Bu Yanti yang perhari tiga kuintal hanya untuk memasok satu pasar saja yakni di Pasar Krian Saja, Seharusnya bisa memenuhi permintaan pasar pasar lain di sidoarjo jika produksi bisa lebih banyak dengan cara ditekannya harga kedelai di pasaran.

Menurut BHS seharusnya harga kedelai bisa dipatok di harga 8800 per kilogram oleh pemerintah sehingga pengrajon kedelai bisa memaksimalkan prosukainya dan bisa melayani permintaan pasar domestik lokal yang lain selain pasar krian.

Masih banyak pasar lain yang membutuhkan, ini yang perlu didukung pemerintah daerah.

Caranya dengan penguatan modal usaha dengan bunga ringan dari bank pemerintah daerah.



Selain itu, BHS juga menegaskan perlunya swasembada kedelai dan pemanfaatan lahan pertanian di Sidoarjo untuk lumbung produksi kedelai. Mengingat di Sidoarjo juga punya lahan persawahan yang produktif.

Sedangkan pasokan tempe di beberapa pasar di Sidoarjo saat ini juga di pasok dari kabupaten lain seperti ada tempe Malang, Kediri hingga tempe Pekalongan.

“Sebisa mungkin produksi hasil kedelai Sidoarjo dimanfaatkan warga Sidoarjo. Kita harus dukung pengrajin tempe untuk mengembangkan usahanya dan melayani permintaan pasar domestik lokal terlebih dulu,” pungkasnya.(suh)

Posted in News

Berita Terkait

Top